- Motivasi - "Cara terbaik untuk menghargai kejadian yang hadir menerpa, hanya dengan menikmatinya tanpa memiliki penilaian negatif" .. Pujangga Giras - Cak Dion's Lapendoz - Pujangga Giras

<< Hargai karya orang lain, "NO - PLAGIAT" >>

Minggu, 06 November 2011

SENYUM NABI MENGENAI ANAK UNTA

Kapasitas Muhammad SAW sebagai seorang nabi dan juga seorang rasul yang membawa “rahmatan lil alamin”. Rasulullaf SAW memang di tuntut untuk bersikap adil dalam menyikapi hidup. Adil dalam hukum-hukum agama, maupun adil dalam kehidupan bermasyarakat. Sebab bila beliau bersifat kakuh dalam merumuskan pencerminan dalam hidup, maka kaumnya pasti akan menjauhinya.

Selaras dengan itu, Rasulullah SAW juga merupakan seorang yang pandai mengubah suasana yang tadinya penuh keseriusan dan tegang, pada akhirnya menjadi suasana yang segar dan santai, semuanya ini dilakukan, agar kaumnya tidak akan merasa jenuh dan terkekang dengan apa yang menjadi aturan yang di tetapkan. Walau tuntunan dalam aturan sudah menjadi ketetapannya, Tapi Rasulullah SAW bisa mengubahnya dengan senda gurauyang bermanfaat dan tidak menyimpang dari hukum yang sudah di tetaplan oleh-NYA.

Gurauanya yang jenaka dan mendidik itu memberikan kesan yang mendalam di hati para sahabat dan kaumnya. Disamping itu, gurauan yang di cerminkan juga mengandung pembelajaran yang bermanfaat. Disamping untuk mendidik, Rasulullah juga mengajari akan kejelian dan mengupas makna kata yang terkandung dalam gurauan tersebut.

Disamping untuk bahan pembelajaran dan mendidik akan mengupas kata, gurauan yang di cerminkan oleh beliau juga untuk menjalin keakraban dengan para sahabat dan kaumnya, agar mereka tidak sungkan berhubungan dengan beliau. Dan semua ini sama sekali tidak mengurangi sedikit pun kehormatan beliau sebagai seorang nabi di hadapan ALLAH maupun dihadapan umat beliau.

Sebagaiman gurauan beliau ketika ada seorang perempuan datang kepadanya dan berkata, “Ya Rasulullah, bawalah saya naik ke unta.” Maka beliau menjawab dengan bercanda dan mengatakan, “Tidak, tetapi aku akan membawamu naik anak unta saja.” Mendapat jawaban dari Rasulullah, tentu saja perempuan itu menolaknya, karena dia berpikir anak uinta kecil yang tidak berdaya tentui tidak akan bisa berbuat apa-apa dan juga kasihan. Maka perempuan itu segera bertanya, “Untuk apa anak unta itu, Ya Rasulullah.” Rasulullah SAW lantas menjawab dengan tersenyum, “Bukankah setiap unta itu di lahirkan oleh unta betina.”

Yang dimaksud oleh Rasulullah SAW, bahwa setiap unta itu merupakan anbak dari induknya, meskipun unta itu sudah berumur. Pengertian itu yang tidak di pahami oleh orang yang diajaknya berbicara, sehingga Rasulullah SAW tersenyum.
Setelah mendengar penjelasan Rasulullah, perempuan itu pun mengerti. Namun, ia diliputi perasaan malu karena telah berpikiran bahwa Rasulullah telah mempermainkanny, sebab akan memberinya anak unta yang masih kecil dan tidak mempunya kekuatan.
Karena menyadari akan kebodohannya sendiri, di bibir perempuan itu tersungginglah seulas senyum, senyum kekaguman melihat kecerdikan Rasulullah dalam mempermainkan kata-kata.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar