Boleh kiranya sekali waktu mengupas hal yang tidak umum dan agak nyeleneh, siapa tahu dalam sekelumit rangkaian yang tertuang bisa menjadi pembelajaran diri dan bisa menjadi sumber motivasi serta dapat menempatkan posisi yang terkadang mudah tergoda dan sedikit rapuh.
Huruf, adalah pecahan abjad yang pada akhirnya membentuk suatu kata maupun kalimat.
Dari kata maupun kalimat yang terbentuk, akan memudahkan kita untuk memahami berbagai istilah yang terselubung, serta bisa menjadi makna penghubung untuk mengungkap suatu maksud. Baik maksud tersembunyi maupun maksud yang tersamarkan, namun kesemuanya itu tetap dikatagorikan kata maupun kalimat.
Sebenarnya tidak perlu menjelaskan atau menulis akan adanya komponen abjad A, B, C, D dan seterusnya. Cukuplah menulis atau mengatakan "HURUF".
Dengan demikian, semua pasti akan tahu dan faham apa itu yang dimaksud dengan "HURUF", dan yang pasti adanya huruf dapat mewakili seluruh abjad yang ada.
Dari situ kita bisa mengambil hikmah, kesimpulan serta pembelajaran, sesungguhnya hidup ini sebenarnya teramat SIMPEL dan tidak perlu banyak rangkaian maupun berandai-andai. Apalagi tanpa didasari dengan keseimbangan yang meluas, justru pada akhirnya akan menciptakan sekaligus mencetuskan berbagai permasalahan yang sebenarnya tak terjadi.
Dari berbagai pecahan abjad tersebut, tidak mungkin antara abjad yang 1 (satu) dengan abjad yang lainnya bisa saling menggantikan posisi yang sudah diatur, apalagi ingin menjadi yang utama dalam memposisikan arti.
Pecahan dari abjad itu pastilah memiliki konsekuensi tinggi, dan selalu memegang teguh apapun yang sudah ditugaskan.
Pecahan abjad tetap berbaur menjadi satu dengan fungsi masing-masing tanpa harus menghancurkan kaidah yang memang sudah digariskan.
Dengan adanya pecahan-pecahan abjad yang digabung, justru akan terlihat indah.
Terlihat akan ikatan yang kuat, apalagi dalam penggabungan yang tertera bisa mencapai fungsi untuk menyampaikan sesuatu yang di inginkan tanpa harus memiliki tanda tanya yang sulit dijawab.
Ini bukan membicarakan tentang sejarah terbentuknya huruf maupun aksara.
Dalam kesempatan ini hanya sekedar mengupas adanya kedudukan huruf itu sendiri sesuai kemampuan yang saya miliki.
Namun, bila ditelusuri secara mendetail, cikal bakal terbentuknya huruf itu sendiri juga mengurai akan watak perilaku kepribadian di zamannya, yang saat itu disebut huruf "PAKU".
PAncaran perilaKU itulah faktor utama dalam pembentukan huruf "PAKU".
Dengan didasari cerminan tingkah laku yang menjadi kepribadian, maka terbentuklah huruf-huruf yang berupa simbol atau tanda.
Dengan demikian, pada kelanjutan sarana memakai huruf paku menjadi media dalam mengembangkan informasi yang berupa warta, agar lebih mudah dicerna dan dipahami, dan juga sebagai media berinteraksi untuk berkomunikasi.
Pengertian adanya huruf, bila dikembalikan pada posisi diri dengan segala kelebihan dan kekurangan, maka kita sebagai insan pelaku pencetus cerita dalam hidup tak ubahnya seperti huruf-huruf yang ada,
Semenjak terlahir, yang pasti insan (manusia) memiliki porsi serta potensi yang berlainan, Walau sekilas ada kesamaan bentuk maupun kedudukan, namun alur yang di ciptakan tetap ada perbedaan (alif, a, e, ei, ho dsb).
Inilah keakuratan dalam menggali wawasan yang sebenarnya tersimpan dari berbagai huruf dan pengucapannya, walau jelas terpapar dalam bahasa dan kedudukan pada masing-masing posisi, namun kesemuanya tetap kembali dan semua tetap di sebut sebagai "HURUF"
Hidup selalu berpasang-pasangan, di mana ada baik pasti ada yang buruk, ada pria pasti ada perempuan dan seterusnya.
Demikian juga dengan katagori huruf yang ada, dan yang pasti dibagi menjadi dua sebutan.
1. Huruf vokal atau huruf hidup.
Mengapa disebut demikian, karena jika keberadaan huruf tersebut disatukan dengan huruf yang sama, masih mampu menimbulkan bunyi yang jelas serta maksud dan maknanya tidak membingungkan.
Dari sini bisa diambil kesimpulan dan dimaknai sebagai insan yang memiliki kemampuan yang selalu bisa membaca serta bisa mengendalikan situasi maupun kondisi yang tidak memungkinkan. Dan insan tersebut akan memberi jalan keluar dari situasi dan kondisi yang sulit. Tanpa harus mengorbankan sesuatu yang merugikan.
Walau ada perbedaan dalam mengupas sesuatu yang teramat riskan, namun dalam alurnya tetap ada keseimbangan serta kejelian dalam menyikapi permasalahan. Tanpa harus terkukuh, apalagi hanya mengutamakan pancaran keegoan yang tercetus dari pemikiran semata. Tanpa mau mengupasnya sebagai bahan perenungan untuk kelanjutan dalam bertindak.
Insan yang demikianlah, sesungguhnya yang memiliki suara akurat dan juga bisa menghidupkan situasi untuk melepaskan diri dari ketepurukan. Tanpa mencampur adukan kepentingan pribadi maupun golongan. Hingga apapun yang dihasilkan akan memiliki makna tanpa harus tanda tanya!
Apalagi membangkitkan keresahan yang tidak berkesudahan.
2. Huruf Konsonan atau huruf mati.
Mengapa disebut demikian, karena jika disatukan dengan huruf yang sama, yang pasti tidak akan mampu menimbulkan bunyi atau suara yang jelas. Dan maknapun akan membingungkan, sehingga adanya huruf mati harus selalu dipadankan atau disatukan dengan huruf hidup. Agar yang dihasilkan tetap memiliki makna.
Huruf konsonan itulah wujud perilaku insan yang selalu membesar-besarkan permasalahan, padahal permasalahan itu sendiri sesungguhnya teramat simpel dan bisa diatasi.
Atas dasar kekuatiran atau ketakutan yang berlebihan pada nyatanya mereka menempuh langkah yang berseberangan dengan akidah dan peraturan, serta mengabaikan segala etika hingga yang telah ditetapkan akan menjadi buram.
Bisa jadi, permasalahan apapun yang dibesar-besarkan tersebut yang tak memiliki dasar hanya untuk mencari sensasi maupun untuk meraih popularitas agar menjadi perhatian khalayak umum.
Huruf konsonan atau huruf mati, baru bisa memiliki makna bila di gabungkan dengan huruf vokal atau huruf hidup.
Ini maksudnya, sedikit dasar kebenaran yang diterima (kulit) dari para ahli yang memang mumpuni (menekuni), namun mereka berani mengurai dan menyebarkan dengan berlandaskan dalil-dalil yang belum tentu akurat kebenarannya.
Sebenarnya kita-kita ini siapa?
Di mana letak kedudukan kita?
Di mana wujud perjuangan kita?
Sudah bermanfaatkah diri kita?
Koreksi diri dan mengembalikan fungsi diri itulah yang terpenting, agar kedudukan kita bisa sama dengan kedudukan huruf-huruf yang menjadi pelengkap sarana komunikasi.
Demikian pula dengan diri kita, bila kita berkonsekuensi dengan tugas dan amanah yang diberikan, akan mempermudah diri kita berkomunikasi dengan komponen penghantar ridho-Nya.
Semoga uraian ini bermanfaat dan bisa menjadi wacana.
Dan bila ada penulisan kurang berkenan, mohon maaf dan mohon masukannya, terima kasih
Bermandi kata
Berselimutkan makna
Beralas rasa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar