- Motivasi - "Cara terbaik untuk menghargai kejadian yang hadir menerpa, hanya dengan menikmatinya tanpa memiliki penilaian negatif" .. Pujangga Giras - Cak Dion's Lapendoz - Pujangga Giras

<< Hargai karya orang lain, "NO - PLAGIAT" >>

Jumat, 19 April 2013

TEMBANG "PRAHU LAYAR"

PRAHU : PRilaku Aklak minongko Hakekate Urip.

LAYAR  : Lelampa ane Amanah minongko wujude Yekti Agem-agem e Roso.

Dalam wujud nyata diantara kegunaan serta fungsi dari PRAHU LAYAR itu sendiri, adalah merupakan sarana atau alat bantu untuk menyeberangi danau, sungai ataupun laut.
Dan Prahu itupun baru bisa berjalan dan bergerak kedepan bila layarnya terbuka atau terkembang. Dengan bantuan tiupan angin yang berhembus, maka prahupun melaju menyibak air yang menompangnya. Tentang arah tujuan yang akan dicapai, itu tergantung dimana posisi layar itu di kembangkan.
Sedangkan tentang lambat atau cepatnya prahu itu melaju, yang paling utama adalah tergantung dari tiupan angin yang menerpanya. dan hal yang kedua sebagai penunjang, itu tergantung dari sesuatu yang diangkut serta dari nakhoda yang mengemudikan layar tersebut.

Diantara kupasan prahu yang melaju, ketiga unsur (terpaan angin, sesuatu yang diangkut dan nakhoda) itu saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan. 
Akan sia-sialah bila prahu itu melaju dengan nakhoda yang berpengalaman dan layarnya cukup kuat serta bagus, tapi sesampainya ditempat tujuan, tiada apapun yang diangkut atau sesuatu yang diangkut tidak sesuai dengan harapan.
Akan tiada guna sama sekali bila perahu itu melaju tanpa nakhoda, walau sesungguhnya sesuatu yang diangkut itu teramat istimewa, layarpun sesuai dengan kreteria, tapi prahu itu dtempat lain yang tidak sesuai tujuan.
Dan betapa jenuh dan penatnya bila prahu yang melaju itu, dikemudikan oleh nakhoda yang cekatan serta berpengalaman, sesuatu yang diangkutpun istimewa dan juga sesuai dengan harapan. akan tetapi layar yang digunakan itu rusak atau ada tambalan disana sini. sudah pasti prahu tersebut akan terombang-ambing, sampai di tujuannya pun cukup lama.

Hal ini merupakan cerminan pitutur yang amat mendalam, dimana dalam menjalankan hidup, insan diharuskan berhati-hati dalam menjaga perintah yang sudah diamanahkan, semua ini bertujuan agar insan bisa mendapatkan apa-apa yang sudah di janjikan, dan bisa mewujudkan kesempurnaan yang sudah diberikan padanya. dan hal ini juga untuk mengarahkan kekurangan yang dimiliki setiap insan, agar bisa dijadikan sesuatu yang lebih bermanfaat.


PRAHU ibarat wadah atau penampung.

Semenjak insan terlahir dan merasakan nafas hidup, pada dasarnya insan sudah dibekali dengan wujud kesempurnaan. Dimana dalam wujud kesempurnaan itu, sang Maha Pencipta membekali setiap insan dengan wadah yang dapat mengurai akan kesempurnaan yang insan sandang.
Dengan berbekal wadah tersebut, insan diharuskan mengisinya dengan berbagai rumusan yang membuat kesempurnaan itu tepancar, dan bukan mengisinya dengan berbagai rumusan yang bisa membuat wadah tersebut rusak atau tidak dapat di gunakan lagi.
Alangkah bahagianya insan, bila bisa mempergunakan wadah tersebut dengan fungsi dan tujuannya, dan tidak sembarangan digunakan demi kepentingan diri pribadi insan, yang semata-mata hanya mengkais kesenangan semu belaka. 
Betapa meruginya insan, bila wadah tersebut kebanyakan di penuhi dengan isi yang tak berguna, sedangkan yang bermanfaat hanya tertampung di atas, dan gak sampai di dasar.
Sekali insan sembarangan memasukan kedalam wadah tersebut, akan sulitlah baginya untuk mengangkat sesuatu yang sudah tenggelam di dalam wadah tersebut.


LAYAR ibarat kiblat rasa.

Setiap yang hidup pasti memiliki rasa, dengan bermodalkan rasa inilah insan di haruskan untuk merenung dan mengupas, apa-apa yang terbesit serta yang tertoreh pada langkah hidup yang di tempuhnya.
Disamping itu, insan juga harus pandai-pandai menjaga serta merawat rasa yang menjadi kiblatnya, Rasa atau layar pada diri insan harus dapat di fungsikan dengan sebaik mungkin, agar perjalanan yang akan di tempuhnya tidak akan terhambat, kalaupun di terpa anginpun tak mudah rusak atau robek.
Resapan iman pada diri insan, itu merupakan cara terbaik untuk melakukan perawatan demi keawetan layar, agar layar tersebut bisa di gunakan dengan semaksimal mungkin, tanpa harus merasa kwatir sedikitpun disaat diterpa hembusan angin walau hembusan itu teramat kencang.


NAKHODA ibarat ketagaran jiwa.

Tiada arah mata angin yang dapat ditemukan, bila jiwa pada diri setiap insan atau nakhoda itu terguncang, semua yang di targetkan akan luluh lantah dan akan berantakan.
Jiwa yang tegar dalam ketabahan, itu merupakan cerminan dari seorang nakhoda yang handal, dimana ketegaran dalam ketabahan yang terbentuk itu merupakan pembelajaran teristimewa bagi seorang nakhoda.
 Seorang nakhoda yang handal, tak akan pernah memikirkan akan dirinya. walaupun dia diterpa permasalahan yang menghimpit, Dia selalu berusaha membingkiskan yang terbaik buat mencerminkan profesinya. Pantang baginya mengabaikan sesuatu yang sudah menjadi tugas dan amanahnya.
Karena dia memahami akan kewajiban dalam amanahnya, sekali seorang nakhoda lepas kendali dan tidak bisa mencerminkan apa yang sudah diamanahkan. sudah pasti prahu itu akan terombang-amabing tanpa tahu dimana dermaganya, dan sudah pasti prahu tersebut akan salah arah.


ANGIN ibarat lantunan perintah (Al Qur'an dan Al Hadist).

Layar tak akan dapat terkembang bila tanpa dibuka, layar baru mefungsikan dirinya, bila ada tiupan dan terpaan dari sang angin, atau rasa tak akan bisa menemukan jati dirinya secara pasti, bila tanpa di dasari dengan Al Qur'an dan Al Hadist. dan rasa itu sendiri tak akan bisa berfungsi pula, bila langkah-langkah yang diambil tak mencerminkan apa yang tersurat serta tesirat didalam Al Qur'an dan Al Hadist.
Keheningan dalam rintisan mawas diri, itu juga merupakan cara terbaik untuk mewujudkan layar yang kokoh serta kuat, dan tak mudah di hancurkan oleh tiupan angin. 
Rasa yang kuat akan selalu tambah menerima segala tantangan yang telah di cerminkan melalui Al Qur'an dan Al Hadist. Itupun melalui penggalian yang sudah dirumuskan didalam rumusan wadah dan nahkoda. Dan tidak ada yang tidak mungkin dalam perumusan itu, sekali tertera dan sesuai ayat-ayat yang tersimpan, sudah pasti akan terwujud dalam nyata.
Al Qur'an dan Al Hadist merupakan hembusan yang bisa mengantarkan ketenangan dalam mencapai Ridho NYA, tidak ada satu kekuatan apapun yang dapat menghalau dari jejak yang di tiupkan tersebut. 
Selagi insan yang memiliki rasa bisa menjalankan segala apa yang di perintahkan-NYA dan menjauhi segala apa yang di larang, maka secara tidak langsung mereka sudah pasti memiliki layar atau rasa yang kuat, dan tiupan dari sang angin justru akan dijadikan landasan dalam menghantarkan di tempat tujuan.


MAKSUD "YO KONCO NING GISIK GEMBIRO"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar