- Motivasi - "Cara terbaik untuk menghargai kejadian yang hadir menerpa, hanya dengan menikmatinya tanpa memiliki penilaian negatif" .. Pujangga Giras - Cak Dion's Lapendoz - Pujangga Giras

<< Hargai karya orang lain, "NO - PLAGIAT" >>

Senin, 10 Desember 2012

KARET KOLOR

KARET
KAidahe Roso kudu isok di gerET.

KOLOR
KOdrate Lelaku soko Obahe Roso yo rumongso.

Karet merupakan bahan yang lentur dan dapat melar saat di tarik, dan kembali normal saat dilepaskan. Dalam hakekat kegunaannya, itu juga tergantung dari diri insan yang memakai dan yang mencerminkannya.

Kwalitas karet pun banyak ragamnya, hal itu juga amat penting dan juga harus di ketahui serta dipahami secara mendetil oleh setiap insan.
Tanpa memahami akan kwalitas bahan karet yang ada, maka akan terbuang sia-sialah waktu yang terintis untuk mendapatkan hasil terbaik dari pencerminan  karet itu sendiri.

Disamping terbuat dari bahan yang lentur, karet juga bisa menjadi pelindung dan dapat di fungsikan serta di manfaatkan oleh segenap insan yang terhampar di dunia.
Disela-sela kegunaan karet dalam kehidupan setiap insan, sudah seyogianya insan juga harus mengetahui cara yang tepat untuk mengfungsi serta menggunakan tergantung dari kebutuhan dan mengetahui cara yang tepat, agar kwalitas bahan dapat di lihat secara jelas.

Walau karet itu terbuat dari bahan yang terbaik, tapi di gunakan secara serampangan, lambat laun daya tarik dan lenturnya juga berkurang.
Demkian pula dengan rumusan pemahaman yang tercurah dalam ajaran, bila dikeluarkan atau di tarik tidak pada tempatnya, pada akhirnya faedah dan manfaat dari kandungan ajaran itu tidak akan terlihat secara jelas, justru akan di remehkan atau hanya di pandang sebelah mata .. 

Salah satu contoh "KARET KOLOR" Untuk pencerminan Syi'ar Yang Indah.
Coba bayangkan apa jadinya jika karet kolor diganti dengan kawat. Mungkin akan ada ribuan celana kolor yang harus disediakan setiap hari untuk digunakan oleh setiap insan. Karena turun naik lingkar perut akan mempengaruhi muat tidak muatnya sebuah celana kolor.

Demikianlah dengan Al-Qur'an dan Hadits, Jika yang dipahami sebagai firman Allah dalam Al qur'an adalah sekedar Lapisan-lapisan luarnya atau pada kalimatnya, maka arti dari ayat-ayat yang terkandung dalam kitab sudi Al qur'an, ibarat sudah menjadi kawat yang kaku. Dan tidak ada satu pun bias ayat-ayat yang terkandung dalam Al qur'an yang akan bisa di Lendingkan ke bumi
untuk dipakai secara nyata dalam kehidupan sehari-hari.

Kecuali perwujudan kitab suci Al Qur'an diturunkan oleh Allah hanya untuk dijadikan pajangan, hiasan ataupun barang antik di lemari perpustakaan Museum-museum di dunia.

Ayat-ayat suci Alqur'an adalah Bahasa Sastra Yang Indah, penuh dengan metafor, kias, majas, dan sejenisnya.
Bila ditelan mentah-mentah, maka ayat-ayat suci Alqur'an bisa menjadi racun bagi seluruh insan, dimana pancaran yang terkandung di untaian ayat-ayatnya, tak akan lagi jadi penuntun atau penerang, justru akan jadi bahan perdebatan tanpa ada titik temunya.
Dan hal ini akan berimbas bagi seluruh insan tanpa terkecuali, baik pada diri sendiri maupun bagi insan lain, dalam hal ini
kehidupan sosial.

Saya pribadi tidak ingin
masuk dan menelusuri kedalam atau ke detail pada ayat-ayat suci Al Qur'an yang menjadi rujukan untuk alasan Islamisasi yang di
sempitkan, dan inilah sedikit pemahaman saya tentang istilah karet kolor yang terkupas untuk mengerti dan memahami akan bias dalam kupasan yang sesungguhnya dalam hidup :

Pasanglah karet yang berkwalitas baik di setiap bilik-bilik Hati Kita, agar fungsi dan kegunaannya bisa menjadi barometer akan rintisan langkah yang tertempuh dalam menyambut manfaat, agar hasil yang tertuang bisa menjadi lebi baik.
Tempatkan rumusan-rumusan pangerti yang mengurai akan pembelajaran yang tidak membingungkan, yang di imbangi dengan rangkaian wawasan yang bermakna, tidak mengurangi ataupun memambahi pembiasan pencerminan yang ada, agar kebenaran dalam arti sesungguhnya dapat di simak dan di mengerti oleh insan yang terkena pancaran.

Dan bisa menempatkan Kalimat Al Qur'an sebagai landasan dasar untuk menebar cahaya kasunyatan. Agar setiap ayat itu bisa melentur mengikuti irama mekanisme alam, irama interaksi sosial yang dinamis.
Dalam wacana kajian agama, ini dikenal dengan istilah penafsiran.
Atau dalam literatur Filsafat ini dikenal dengan Hermeneutika.

Hanya ini yang dapat saya bingkiskan untuk sahabat .. Smoga bermanfaat, Dan saya mohon koreksi dan masukkan dari sahabat .. karena keterbatasan wawasan yang saya miliki ..

Sekali lagi saya mohon maaf bila ada uraian kata yang tak berkenan di hati sahabat ..
Salam ukhuwah filah dalam menjalin tali seduluran ..

Terima kasih teruntuk sahabat yang memberi bahan masukan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar