Pusatkan Unsur Aklak serta tingkah laku Seiring dengan Agama.
POSO
ngePOsno roso yo kudu rumongSO (menempatkan rasa agar bisa merasakan).
Ibadah puasa merupakan salah satu kewajiban bagi seluruh insan yang menempuh jalur hidup, baik itu puasa wajib ataupun puasa sunnah.
Karena dengan melaksanakan ibadah puasa, insan dapat membatasi diri, mengontrol tingkah laku atau aklak dan membersihkan diri dari noda yang menempel.
Ibadah puasa juga merupakan salah satu cara untuk pembelajaran dan perenungan diri, agar insan dapat memahami apa yang seharusnya insan lakukan untuk menyambut cahaya rahmat dan bias karunia dari Sang pemilik hidup.
Dengan melaksanakan puasa di sela kehidupan,insan dianjurkan untuk selalu berhati-hati dalam bertindak, dalam berpikir ataupun dalam mengucap.
Dengan demikian, insan dapat membuktikan bahwa dirinya merupakan makluk yang sempurna di bandingkan makluk lain yang juga ciptaan NYA.
Alangkah nikmat dan indahnya bila rumusan ibadah puasa dapat di cerminkan dengan kesungguhan, bukan saja difokuskan hanya sekedar untuk menahan haus dan lapar pada umumnya. Dimana rasa ini terobsesi atau tercetus dari minuman yang senantiasa membasahi tegorokan dan makanan yang senantiasa mengisi serta mengenyangkan perut.
Sudah menjadi kewajiban setiap insan disaat melaksanakan ibadah puasa, setiap insan harus bisa menghalau pemikiran ataupun hayalan yang membangkitkan selera kenikmatan pada dirinya. Agar apa yang dilakukan mendapatkan rahmat dan berkah, dan mengajarkan dalam pembelajaran untuk menerima apa adanya, tanpa harus merencanakan sesuatu yang membuat langkah insan terhambat.
Salah satu contoh kecil yang sebenarnya dapat membatalkan puasa atau paling tidak mengurangi pahala puasa itu sendiri, merencanakan memasak atau memakan makanan untuk berbuka puasa ..
Disamping menahan rasa haus dan lapar pada umunnya, sudah menjadi keharusan pula bagi insan untuk mengekang rasa haus dan lapar pada khususnya.
Haus akan kemewahan, kenikmatan serta rasa haus dan lapar lainnya yang terpetik dari hasrat hawa nafsu yang membelenggu jiwa.
Dengan demikian, insan akan merasakan hikmah serta makna puasa yang sesungguhnya, dan insan dapat membangun jiwa yang lebih bersih dengan hamparan langkah yang lebih bermanfaat dan berfaedah.
Alangkah lebar dan luasnya hamparam jalan yang terbentang, bila dalam melaksanakan ibadah puasa insan bisa menerima apa adanya, tanpa harus berusaha mendapatkan apa yang tidak semestinya insan dapatkan, atau yang tidak sesuai dengan kemampuan pada diri insan.
Betapa kasihan diri insan, bila menganggap puasa itu suatu yang mengekang dan menyiksa, sampai-sampai langkah yang tercermin mereka terlihat lemas tanpa gairah.
Dan justru insan berusaha membatasi aktifitas yang biasa insan lakukan, tanpa ada spirit untuk meningkatkan segala aktifitas yang tergelar.
Pada dasarnya ibadah puasa itu bukanlah keterpaksaan, tapi merupakan benih amanah dalam merintis kewajiban.
Sungguh amat harum buah puasa yang di hasilkan dari insan yang memahami makna dari rumusan puasa. Dan betapa segarnya tetesan curaham embun dari pengorbonan diri demi menyambut fitrah.
Betapa indahnya hiasan ibadah puasa, bila dapat di cerminkam dengan akhlak dan tingkah laku yang benar yang sesuai syariat yang ada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar