- Motivasi - "Cara terbaik untuk menghargai kejadian yang hadir menerpa, hanya dengan menikmatinya tanpa memiliki penilaian negatif" .. Pujangga Giras - Cak Dion's Lapendoz - Pujangga Giras

<< Hargai karya orang lain, "NO - PLAGIAT" >>

Senin, 11 Juni 2012

B E L I N G

BEcik-becik e wong sing eLING .. (beruntunglah bagi insan yg mau menyadari akan kekilafannya)

Perenungan diri dalam mengurai cerita kelabu, merupakan hikmah dan nikmat yang terbesar bagi insan yang mau merasakannya. Karena dengan demikian, diri insan akan mengerti dan akan paham tentang tetesan rahmat dan rembetan karunia yang senantiasa mengiringi langkahnya.
Tanpa perenungan diri yang teriring juga pengoreksian diri, insan tak akan pernah merasakan nikmat dalam rona-rona hidupnya, dan sudah pasti insan akan mengalami kegelisahan, keresahan dan kegundahan, dimana petikan bayangan masa lalu senantiasa membayangi jejak langkah yang akan dilakukan oleh insan dalam menyambut rintisan masa yang terbentang di hadapannya.

Disela alur rintisan cerita hidup yang terhampar, torehan lembaran hitam yang terhiasi oleh noda, pastilah pernah tercipta, di alami ataupun pernah dilakukan oleh setiap insan, baik itu disengaja (sadar) maupun tidak. Karena semua ini merupakan keseimbangan langkah dalam menunai hikmah yang terselubung di antara bait makna.
Sudah menjadi rumusan dalam cerita hidup yang sesungguhnya, kalau insan tidak bisa menghindar, sembunyi ataupun menghalau kekhilafan maupun kelengahan yang singgah pada dirinya. Walau hanya kecil, hal itu pasti pernah di lakukanya. Dan tidak dapat dipungkiri, bahwa sesungguhan insan yang hidup pasti pernah melakukan kesalahan.

Dan tidak ada 1 (satu) pun insan yang dapat menepis (menolak) kodrat dan irodat yang menjadi pembelajaran ini, karena semua yang terpancar itu merupakan proses dalam menyimak langkah selanjutnya. Karena tanpa adanya kekhilafan atau kesalahan, sangat mustahil insan tahu serta mengerti akan makna dari rumusan baik dan buruk ataupun berfaedah dan tidak.
Bila rumusan baik dan buruk atau berfaedah dan tidak sudah tercipta, jejak langkah selanjutnya pun tergantung dari insan itu sendiri yang mengalaminya. Melangkah melanjutkan jejak yang menjadi amanah ataukah tetap terbuai dengan rintisan cerita yang sudah tertoreh dengan tinta hitam.

Rintisan langkah yang sudah terlanjur terbingkiskan, pastilah sudah menunai jejak ataupun menitih cerita di bingkai sampul hidup yang insan tempuh.
Bila demikian halnya, sudah seharusnya insan menyimak dan mengupas bait demi bait noda yang sudah mereka ciptakan. Tanpa harus menunggu lagi waktu yang terus berjalan. Dan bila sudah di tempuh, sudah seharusnya insan renungkan dengan kesadaran dalam ikhlasan.
Kalaupun ada bias imbas yang terpancar disela langkah yang terurai, sudah seharusnya insan mawas diri dengan apa yang tercermin dari imbas tersebut, tanpa harus menyesal tanpa titik temu yang senantiasa bergelorah dalam jiwa.

Bila insan itu cepat bangkit dari kehilafan yang insan ciptakan, dan merintis langkah untuk kembali di jalur kaidah semula (pecahan yang dpt didaur ulang). Dia akan di proses di jadikan gelas kembali, untuk selanjutnya, akan berfungsi seperti kaidah gelas (wadah) yang sesungguhnya.
Dan yang berupa serbuk atau pecahan kecil-kecil, akan disingkirkan jauh-jauh agar tidak membahayakan bagi diri insan yang mengalaminya ataupun bagi insan lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar