- Motivasi - "Cara terbaik untuk menghargai kejadian yang hadir menerpa, hanya dengan menikmatinya tanpa memiliki penilaian negatif" .. Pujangga Giras - Cak Dion's Lapendoz - Pujangga Giras

<< Hargai karya orang lain, "NO - PLAGIAT" >>

Kamis, 14 Juni 2012

AIR PETUNJUK ALLAH YANG KEDUA

Allah menciptakan air lebih banyak dari apapun atau sesuatu yang terhampar di alam ini, Lebih dari separuh dengan hamparan bumi yang juga ciptaanNYA.
Air bukan saja mengalir diantara pori-pori dibumi, tapi air juga mengalir didalam tubuh serta pori-pori setiap insan.

Air merupakan kebutuhan pokok bagi setiap makluk hidup yang berada dan hidup dibumi. Baik itu pada diri insan maupun maklum hidup lainnya. Dan pada airlah kehidupan makluk hidup itu tergantung.
Air merupakan sumber kehidupan, dan pada air itu pula berkah dan hidayah akan muncul.
Mengapa segenap insan tidak berpikir dan tidak merenungkan akan sifat air itu sendiri .. !?! ..
Mengapa segenap insan selalu berlaku keji, dan senantiasan mencemari air serta membunuh secara berlebihan makluk hidup yang berada di dalam air, maupun makluk hidup yang berada diatas air .. !?! ..

Air selalu mengalir dari atas kebawah, dan yang bawah harus selalu menunjang serta menerima setiap aliran yang datang dari atas.
Bukankah hal itu merupakan salah satu petunjuk, bahwa insan yang berada diatas sudah seharusnya menolong insan yang berada dibawah, dan insan yang berada dibawah seharusnya bersyukur dengan kucuran atau limpahan air yang berasal dari atas.
Hal inilah sebenarnya pencerminan dari sifat air yang mengalir menurut dan berdasarkan kodrat irodat yang sudah ditentukan. Dan sampai kapanpun, insan tak berhak untuk mengganti dan tak bisa mengubah rumusan aliran yang saling menunjang ini, walau itu hanya setetes sekalipun.

Akan tetapi, mengapa insan justru memilih laknat dari pada mendapatkan nikmat .. !?! ..
Mengapa justru memilih sengsara dari pada mendapatkan karunia .. !?! ..
Dimana rumusan yang berdasarkan kodrat insan berani mengubahnya. Dan dia tak mengindahkan serta mengabaikan apa-apa yang sudah di rumuskan olehNYA.
Dan sifat irodatnyapun diputar balikan sesuai dengan hasrat nafsunya. Dimana semestinya yang berada dibawah, dengan terpaksa harus berada diatas, dan dia mencurahkan atau mengucurkan aliran air yang hampir kering kebawah. Sedangkan yang seharusnya yang berada diatas justru berada dibawah, dan tanpa ada rasa malu yang menghantui, dia dengan suka ria dan berlomba menerima aliran itu dengan terbuka lalu kemudian menampungnya dengan seribu macam cara.

Hal seperti inilah yang akan membawa kesenangan bagi golongan kalangan atas, dan sudah pasti akan membawa penderitaan bagi golongan kalangan bawah.
Hal inilah salah satu contoh sifat pada diri insan yang selalu saja kurang dan kurang.
Pantaskah hal seperti ini di gelar disela nafas hidup .. !?! ..
Pantaskah hal seperti ini menjadi cermin bagi insan yang menjalankan hidup .. !?! ..

Pada saat insan lupa dan tidak mau bersyukur dengan segala berkah dan hidayah yang sudah dilimpahkan oleh Allah kepadanya. Pada saat itulah Allah akan menindak diri insan yang berani melakukan penyelewengan dengan memutar balikkan aliran yang sesungguhnya dan berjalan tidak sesuai dengan kodrat irodatnya.
Dengan demikian azab dari Allah akan turun mengiringi tingkah laku insan yang mencerminkan keserakahan. Dan air yang pada awalnya berfungsi sebagai berkah dan hidayah, pada akhirnya akan berubah menjadi bencana. Dan menghancurkan apa-apa yang sudah ditampung oleh insan.

Hal ini merupakan cermin dari sifat pada diri insan, yang mana kebanyakan dari insan itu sendiri senantiasa haus akan nikmat, dan dia senantiasa condong melakukan keserakah. Tanpa mengindahkan belas kasih yang bermaung pada diri insan.
Insan yang serakah, tak segan-segan melakukan perbuatan yang membuat insan yang berada dibawah, senantiasa terhimpit permasalahan dan mengupas kesengsaraan.
Dan ketika insan yang serakah tahu, ada curahan yang mengalir begitu deras kebawah, insan yang serakah berlomba mencari cara demi untuk ikut merasakan kucuran yang datang.
Insan yang serakah, akan memasang saluran lain yang di jadikan sab pada saluran yang mengalir kebawah, dia seakan-akan pandai memanfaatkan kesempatan yang ada, dan membendung atau menghalangi curahan air dengan segala cara. Pada akhirnya curahan air yang deras itupun mulai reda, dan untuk selanjutnya hanya dapat mengalirkan air setetes demi setetes, walaupun tetesan itu sudah tertampung, tapi tampungan air tersebut tidak dapat menghilangkan rasa haus yang mulai terasa di tenggorokan insan yang berada dibawah. Apalagi untuk mengenyangkan ataupun menghalau kesengsaraan dari golongan kaum yang ada dibawah.

Demikian pula dengan kenyataan hidup sekarang ini, yang mana banyak sekali iblis-iblis yang menyerupai manusia, yang senantiasa bertindak atas dasar kemauannya sendiri, tanpa mengindahkan akan kaidah yang berlaku atas diri insan itu sendiri.
Memang untuk membuktikan akan perjalanan atau tindakan iblis yang menyerupai manusia amatlah sulit, tapi dalam satu sisi dengan ketelitian yang mendasar, pasiti sebagian insan dapat menyimpulkan dan mengetahui akan adanya iblis di tengah-tengah insan. Yang berbaur jadi satu dengan insan lainnya.

Acapkali ada sumbangan-sumbangan dari sebagian golongan para dermawan, acapkali pula iblis-iblis yang menyerupai manusia itu muncul. Dan iblis-iblis itu melakukan pemotongan ini dan itu ataupun biaya tak terduga, sehingga apa yang insan terima yang seharusnya besar, pada akhirnya cuma tinggal sisa-sisa yang tidak ada artinya sama sekali.
Pada mulanya insan yang berada di bawah seharusnya menerima 75%, pada akhirnya hanya cuma menerima 15%. Hal ini benar-benar diluar target dan perkiraan.

Dengan adanya hal seperti ini, rasa dahaga dari kalangan bawah makin terasa mencekik, rasa panaspun seakan-akan makin membakar tubuh insan yang sudah tak berdaya. Karena dimana tempat untuk berteduh dan mengadu, seakan-akan menemui jalan buntu dan ingin bergerakpun insan terasa tak mampu.
Dan pada akhir segala keluh kesah yang di derita hanya dapat terhanyut dalam penampungan air yang tak terbatas isinya.

Air yang berada di alam nyata (dunia) ini, hanyalah bersifat sementara, kegunaannyapun bersifat sementara pula. Maka dari itu carilah sumber air yang berada didalam tubuh diri masing-masing insan. Disanalah sebenarnya keberadaan sumber kehidupan yang sesungguhnya. Yang mana pada hakekatnya sumber air tersebut dapat menumbuhkan serta menyuburkan kaidah atau aturan yang telah di amanahkan oleh Allah kepada seluruh insan.
Dalam kaidah keimanan, sumber air yang berada di dalam diri insan, merupakan penyejuk iman dan membangkitkan ketaqwaan, semuanya ini membias hanya untuk menjalankan perintah dan menjauhi apa yang dilarang.

Perlu di ingat dan di mengerti, bahwa sesungguhnya kesejukkan air yang berada di dunia hanya dapat dirasakan sementara waktu saja, dan semua ini tak sebanding dengan jerih payah yang insan lakukan. Walau demikian, kesejukkan air didunia tak bisa menyamai dengan kesejukkan air yang berada didalam tubuh insan.
Untuk itu carilah sumber air yang memancar dari dalam tubuh insan, karena sekali saja kesejukkan itu muncul, kenyaman dan kententraman dalam jiwa dan diri insan akan begitu terasa, dan insan itu sendiripun juga akan merasakan rintisan dalam jalur kebahagiaan.
Kesejukkan sumber air pada diri insan memang sangat sulit dicari ataupun dicapai, karena air tersebut tidak dapat di bayangkan dengan pikiran kasar, apalagi dirangkai dengan kata-kata. Dan hal ini merupakan suatu rahasia tertentu bagi insan yang pernah mendapatkan sekaligus merasakannya.

Dengan adanya sumber air pada diri insan, maka tercermin pula tetesan embun ketenangan dalam jiwa maupun rasa. Tetesan ini amatlah berharga bagi setiap insan, karena dengan adanya tetesan embun ini, biasnya dapat menunjang kelangsungan hidup yang akan di capai oleh setiap insan yang mau berusaha, dan juga menjadi harapan untuk mendapatkan hidayah dariNYA.

Semakin insan dapat menenangkan gelombang air dan badai pada diri insan itu sendiri, semakin bijaksanalah sifat yang ada pada dirinya.
Cerminan sifat bijaksana, merupakan batas dari sifat sabar, karena dengan memiliki sifat yang bijaksana. Insan dapat merenungkan akan intraksi hubungan sebab dan akibat.
Dan pada akhirnya insan tak akan mudah mempermasalahkan serta menyalahkan sesuatu yang sudah terjadi, dan insan hanya dianjurkan untuk menelaan sisi baik dari beberapa sudut pandang yang berbeda. Untuk selanjutnya, kepasrahan yang dapat insan urai. Karena sesuatu yang datang dari Allah, sudah pasti akan kembali kepada Allah pula.

Ketenangan diri pribadi tercermin dari ketenangan jiwa, dan ketenangan jiwa itu sendiri terwujud dari keheningan diri secara ikhlas.
Keheningan diri secara ikhlas, diibaratkan sebagai ketenangan air dalam sebuah telaga, semakin tenang aliran air yang mengalir, semakin jelas pula apa-apa yang berada diatas permukaan telaga maupun didasarnya.
Hal ini membuktikan, bahwa ketenangan jiwa dalam keheningan diri secara sungguh-sungguh dan ikhlas, selalu saja mempunyai kewaspadaan diri yang amat besar, agar apa-apa yang berusaha mengganggu atau yang mengeruhkan air di dasar telaga, segera dapat diatasi.
Walaupun memiliki ketenangan, akan tetapi sifat dari air selalu bergerak mengikuti jalur yang sudah ada, dan gerakan air tetap dari yang tinggi menuju yang rendah.

Sifat yg demikian harus diwujudkan dengan keheningan yang diapai oleh setiap insan, walau insan memiliki kedudukan tinggi di hadapan insan lain, tapi dia tetap rendah di hadapan Allah, dan sudah sepantasnya insan tersebut mengikuti segala titah yang menjadi amanahnya sebagai makluk yang memiliki kesempurnaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar