Tiada terpungkiri lagi, bila
Sang Maha Pencipta termasuk arsitektur tercanggih yang menyelubungi
kehidupan pada segenap makluk ciptaanNYA.
Tiada dapat di sela
apa yang menjadi kehendakNYA, semua yang terwujud dalam pemandangan yang
dirangkai, tetap menjadi kebanggaan dan juga merupakan sarana bagi
insan untuk senantiasa bersyukur dengan apa yang insane lihat dan yang
insan dapat.
Tapi mengapa pamandangan yang terlihat begitu kontras dan anggun itu di sia-siakan begitu saja oleh insan .. !?! ..
Entah mengapa kekokohan yang sudah di tempatkan begitu strategi pada akhirnya dirusak begitu saja .. !?! ..
Pernahkah insan berpikir dan merenung .. !?! ..
Kalau tanpa bebatuan yang dipancarkan menjadi pondasi, semua yang ada akan tergoyahkan .. !?! ..
Pernahkah insan mengupas akan pembelajaran tentang batu pada dirinya .. !?! ..
Sekeras-kerasnya bebatuan yang ada di alam nyata ini, justru lebih keras batu yang ada pada diri insan.
Kerasnya bebatuan di alam nyata, dengan mencurahkan cara dan akal sudah
pasti akan dapat dihancurkan berkeping-keping, tapi kekerasan batu pada
diri setiap insan, pasti membuthkan waktu yang lama untuk melunakan dan
menghancurkan.
Kerasnya batu yang terdapat pada diri insan,
itu sebenarnya juga amat berguna dan justru amat dibutuhkan untuk
melangkahkan niat demi menggapai akan keinginan, dimana cahaya yang di
timbulkan tidak akan menyimpang dengan apa yang di tetapkanNYA dan juga
menjadi petunjukNYA.
Keteguhan diri itu merupakan kerasnya batu
yang seharusnya di miliki oleh segenap insan, agar mereka tetap tegar
disaat seberkas cobaan datang mendera. Dan tak tergoyahkan dari hempasan
badai keinginan semu yang datang mempengaruhi.
Kekerasaan
kehendak yang tak beralasan, itu justru condong merusak kaidah
pemandangan yang sudah di gariskan, apalagi hanya sekedar menuruti
keinginan semu yang melangkah atas kepentingan diri pribadi, tanpa ada
pengupasan lagi yang menjadi wadah penyaringan dalam kesadaran.
Insan yang demikian yang mewujudkan kerasnya batu tidak pada tempatnya,
padahal Sang Maha Pencipta sudah memberikan pembelajaran yang amat
bermakna.
Ketika malapetaka datang menghampiri, membuat
kemurkaan alam datang secara beruntun. Dan gunung pun ikut mengiringi
dengan menunjukan kegagahannya, berbagai bebatuan dan unsur lain
bermunculan mencari jalan, saat itulah para alim ulama bersujud memohon
ampun. Dan kebanyakan insan bersedih dan menyesal akan tindakannya,
merekapun terhenyak, menjerit dalam ketakutan.
Seolah-olah
pertobatan mereka gelar, tapi ketika bencana telah berlalu mereka
terlepas dari bencana, merekapun berangsur-angsur kembali pada tingkah
laku yang menggiriskan.
Mereka telah melupakan apa yang baru saja
membuat mereka ketakutan, merekapun kembali pada kecongkakannya, mereka
tak segan-segan mengangkat kepala dengan syair kesombongannya, dan
melupakan akan jalur akidah yang ada.
Batu dijadikan oleh Sang
Maha Pencipta dengan perencangan yang amat mendetail, hal ini di
maksudkan agar insan dapat mempergunakannya dengan sebaik-baiknya, dan
dapat juga untuk melindungi diri dari keganasan alam yang sewaktu-waktu
datang menghampiri.
Demikian juga batu (keteguhan iman) yang ada
pada diri setiap insan, sudah seharusnya insan menjaga dan merawatnya
dengan baik. Agar setiap insan senantiasa ingat, bahwa keteguhan iman
harus dipegang sekuat mungkin, agar supaya iman tetap berdiri tegar
serta tak akan pernah dapat dirubah dari posisinya.
Ketika iman runtuh akan hancurlah langkah hidup kedepan, laksana runtuhnya gunug batu yang menunjukkan kegagahannya.
Bila demikian, Apakah mata dan hati setiap insan telah berubah menjadi batu, buta
dan bisu tiada rasa .. !?! ..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar