Pembelajaran yang terkandung didalam
unsur api itu sendiri, tidak memandang daya yang di timbulkan, walau
kecil maupun besar daya yang terpancar, tetap saja akan menimbulkan
pembelajaran yang terpenting. Dan hal inilah yang seharusnya di mengerti
dan di pahami oleh setiap insan yang pernah merasakan atau paling tidak
pernah memetikkan pijaran cahaya api.
Ketika kecil menjadi
kawan, sewaktu besar akan menjadi lawan. Ini merupakan wujud dari cermin
sifat kewaspadaan. Agar insan senantiasa berhati-hati sewaktu
mendapatkan atau memijarkan petikan api, baik itu petikan api pada
rumusan diri insan ataupun rumusan yang ada dengan logika.
Sepanas-panasnya api yang ada di alam nyata, tetap saja lebih panas api
yang berkobar pada diri insan, sedasyat-dasyatnya daya api yang ada di
alam nyata, tetap saja lebih dasyat daya api yang ada pada diri insan.
Karena kemanapun diri insan menghindar dan menjauh, tetap saja akan
kena imbas yang ditimbulkan oleh daya api yang terpecik pada dirinya.
Bebeda dengan daya api yang ada di alam nyata, sedasyat apapun daya yang
terpancar, kita tetap bisa menghindar dan menjauh.
Hal inilah
yang menyatakan kalau insanlah merupakan factor terpenting untuk
memaknai rumusan unsur api, dan ini merupakan factor X yang seharusnya
di waspadai.
Perenungan secara mendasar dapat menghalau penyebaran
bara api yang terpancar, sekali pancaran api menyebar dan sudah tidak
dapat cegah maupun di halau, sudah pasti kehancuran akan segera
terwujud.
Itulah symbol dari makna yang tercermin ataupun yang
tersirat dari unsur api .. karena pada unsur api sendiri walau cendrung
menciptakan rasa panas, tapi dalam kenyataannya banyak fungsi dan .
aguna yang diwujudkan.
Bila demikian halnya ..
Mengapa insan tidak mau berpikir secara sadar dalam mencari manfaat daripada kualat .. !?! ..
Mengapa insan senantiasa berjalan dan bertindak berdasarkan api kedengkian .. !?! ..
Mengapa pula ..
Api semangat yang sesungguhnya di peruntukan untuk membakar dan
menghanguskan nasfu .. justru di pergunakan untuk menunjang nafsu .. !?!
..
Api tidak akan bisa atau tidak akan dapat menyebar, bila tanpa
penunjang yang di jadikan tumpuhan untuk perantara dalam melangkah yang
lebih.
Dia akan makin mengganas, bila ditunjang hal yang bisa membuat dirinya makin membesar.
Api membakar seganas iblis. Di dalam tubuh pada diri insan ada api yang
mampu merubah diri insan menjadi iblis atau melebihi iblis. Mereka
tidak akan segan-segan melakukan apa saja demi memenuhi seluruh maksud
dan tujuannya. Yang terpenting pada diri insan yang demikian, adalah
kenikmatan yang membuat diri mereka merasa mewah dan terpuaskan.
Padahal bila di kaji secara mendetail, insan yang demikian tidak akan
pernah mencapai kepuasan yang sesungguhnya, dia akan senantiasa merasa
kurang dan kurang.
Bila insan tidak mampu melawan percikan api
pada diri mereka sendiri, bumi wawasan dan tanah tempat kasih sayang
akan senantiasa meratap, air tidak akan pernah berhenti menangis,
airmatanyapun akan senantiasa menetes saat menyaksikan insan yang
demikian. Dan para saksi rasapun akan terhempas dalam perkabungan tanpa
mengetahui ujung dan pangkalnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar