Suluk sebenarnya hampir sama dengann thari. Keduanya memiliki arti kata "cari" atau "jalan", dalam istilah sufi cara buat jalan mendekati diri pada tuhan dan untuk memperoleh makrifat.
Tetapi pengertian suluk itu lama kelamaan berubah dan pada akhirnya di tujukan kepada semacam latihan, yang di lakukan dalam jangka waktu tertentu untuk memperoleh keadaan mengenai ahwal dan maqamat dari orang yang melakukan tariqat itu.
Kita ketahui bahwa tarikat itu tujuannya adalah mempelajari kesalahan-kesalahan pribadi (intropeksi), baik dalam melakukan amal ibadah atau dalam pergaulan di tengah-tengah masyarakat, dan memperbaikinya.
Pekerjaan ini di lakukan seorang syaikh atau mursyid yang pengetahuannya dan pengalamannya jauh lebih tinggi dari murid yang di binanya. Seorang murid kemudian dibawa kepada perbaikan-perbaikan yang dapat menyempurnakan ke Islaman nya dan memberikan dia jalan demi untuk kebahagiaan dalam menempuh jalan kepada Tuhan-Nya.
Oleh karena kesalahan murid dan berlain-lainan itu tidak sama, maka perbaikan-perbaikan yang dilakukan ahli tariqat pun bermacam-macam adanya. Maka meskipun tujuannya semuanya satu, suluk untuk mencapai tujuan itu berlainan, tergantung kebutuhan perbaikan yang akan dibasuh (dibersihkan) oleh kepentingan itu. Dan sesuai dengan kesalahan dilakukan oleh sang murid.
Adapun suluk atau jalan yang dilalui oleh para sufi dapat dilakukan melalui beberapa cara: :
- IBADAH. : Yaitu aturan yang di tetapkan untuk mengabdi pada-Nya, agar setiap insan bisa menjalankan perintah-Nya dan menjauhi segalal arangan-Nya. Dalam suluk, Ibadah itu merupakan penempuhan jalan untuk membenahi aturan diri pribadi atau semacam aturan mengenai perbaikan syariat yang sudah menjadi hukum. Dalam pembenahan dan perbaikan diri ini sebenarnya merupakan ritual kehidupan muslim sehari-hari. Seperti wudhu', shalat, zikir, dan tadarus. Agar Umat Muslim tekun mempelajari, menyimak dan melakukannya. Agar semua perbaikan dan pembenahan diri melalui ibadah yang di lakukan itu menjadi lebih sempurna. Meskipun demikian, menurut para sufi petunjuk yang diperoleh dalam amal yang demikian itu tidaklah sama, ada lekas mencapainya dan ada yang sampai bertahun-tahun perbuatannya dan ihwal-nya dalam beribadah itu belum berubah. Yang berkepentingan belum dapat menangkap hikmah-hikmah dan kegemaran dalam beribadah lahir itu.
- RIYADHA. Yaitu latihan diri atau mencari jati diri melalui bertapa (medhitasi), mengurangi makan, minum, tidur, berkata, dan sebagainya. Yang di anggap perlu menurut musysidnya. Riyadhah meliputi segala yang sekiranya dapat mengarah sang murid menuju penyucian diri dan mengenal nilai-nilai luhur yang mesti ditegakkan oleh seorang sufi. Termasuk dalam kategori samat (berdiam diri menahan hawa nafsu), penderitaan (pergi ke hutan, bukit, gunung atau pergi menempuh jarak yang sangat jauh), tariqul hikmah wa badhlu-l-jah (latihan yang di berikan agar sang murid mengenal etika sosial/muamalah).
Jadi dengan demikian, suluk bagi seorang sufi bertujuan antara lain untuk membawa murid kepada tingkatan atau maqam tertentu.