Diawal
syair tembang "PRAHU LAYAR" seruan dalam ajakan "YO KONCO" telah
ditunjukan. Dan dalam hal ini, ajakan yang diserukan itu tidak
difokuskan dalam satu golongan maupun status apapun, siapapun akan
diajak dalam wadah kebersamaan dan tidak ada perbedaan yang
membatasinya.
Tidak peduli itu dari jenis kelamin laki-laki maupun wanita. Entah itu dari golongan yang kaya maupun yang miskin, seseorang yang memiliki kedudukan maupun yang bukan, atau entah itu yang tua maupun yang muda semuanya akan diajaknya.
"NING GISIK GEMBIRO" ini merupakan bentuk pencerminan dari insan yang merasa hidup dan mau merasakan hidup.
Dimana dalam setiap langkah yang mereka tempuh, entah itu terwujud dari hal yang baik maupun buruk, semua itu tetap selalu saja menjadi hiasan dalam hamparan alam ini.
Benih cerita demi cerita yang terjalin dari pencerminan insan, pasti akan selalu tertoreh dan akan tertuang dalam wujud prilaku dari diri insan itu sendiri.
Bekas tuangan yang mereka curahkan senantiasa mengisi serta mengukir dalam kehidupan ini. Dan hal itu selalu ada serta tak dapat di pupus dengan apapun.
Memang dalam wujud yang sesungguhnya, warna warni pencerminan tingkah laku dalam kehidupan insan, pada kenyataannya menjadikan alam ini sangat menbawa pesona tersendíri.
"GISIK" merupakan persembahan hiasan lukisan pasir yang berwarna warni saat tertimpa cahaya sang surya, dan cayaha yang dipantulkan dari butiran-butiran pasir yang basah tersebut, akan membuat hamparan pasir dipantai akan terlihat begitu anggun dengan menciptakan pesona keindahan yang memikat.
Demikian juga dengan tingkah laku insan yang menanam cerita dalam hamparan hidup ini. Corak penampilannya yang terwujud, sungguh membuat keramaian tersendiri dalam alam ini. Dan semua yang ada dan yang terpentang dalam alur cerita hidup, akan dijadikan penbelajaran yang paling berharga bagi diri insan itu sendiri.
Insan yang demikianlah yang senantiasa menikmati hidup tanpa ada beban apapun, yang terpenting bagi mereka hanyalah kupasan dalam menggali makna cerita hidup yang sesungguh, dimana rintisannya selalu dimaknai dengan kepasrahan jiwa maupun rasa. Lalu dikembalikan lagi pada surah dan ayat dimana kesemuanya sudah tertuang dalam Al Qur'an maupun Al Hadist.
Pengembalìan cerita rintisan dalam hidup pada yang tersurat dan yang tersirat itu, bertujuan agar langkah ke depan yang ditempuh oleh setiap insan akan lebih bermanfaat, baík itu bagi dirinya sendiri maupun bagi insan lain yang juga menjadi hiasan rasa dalam hidup.
Tiada terpungkiri lagi, bersyukurlah bagi insan yang sadar dan tahu akan dirinya sendiri, mereka akan merasakan ketengan dan kenyamanan yang tak tertandingi, walau pada kenyataannya mereka hidup dan berdiri di tengah-tengah insan yang membiaskan tingkah lakunya.
Hal ini merupakan suatu karunia terbesar bagi dirinya dengan apa yang mereka dapatkan, sehingga insan yang demikian akan dapat mengasa ketegaran pada jiwa dan rasanya. Dan juga bisa dijadikan pupuk pada buah kepribadian yang sesuai dengan apa yang disyariatkannya.
"GISIK GEMBIRO" mempunyai maksud, pernik-pernik pasir yang tertimpa cahaya matahari, terlihat kerlap kerlip laksana pelita kegembiraan yang mensyukuri akan wujudnya.
Pantulan manik-manik yang di hasilkannya, akan membuat takjub bagi siapa saja yang melihatnya, sehinga siapapun yang melihat keindahan itu, bisa menikmatnya dengan kenyaman jiwa.
Wujud keindahan yang dihasilkannya, tak dapat lepas dari satu kesatuan yang senantiasa menjilma, karena antara satu dengan yang lainnya terlihat saling menunjang, saling bahu membahu menciptakan pantulan cahaya keindahan.
Demikian pula dengan insan yang berbaur jadi satu dengan insan lainnya tanpa memandang perbedaan. Mereka harus bisa menciptakan kerukunan yang hakiki dan tidak saling menjatuhkan demi kepentingan diri pribadi.
Perbedaan apapun yang ada, seharusnya dijadikan sarana dalam dan demi menutupi segala kekurangan yang dimiliki oleh setiap insan, dan bukan dijadikan saingan demi mendapatkan hasrat kemenangan dan menciptakan kekalahan.
Bila hal ini bisa dicerminkan dan diwujudkan, sudah pasti kegembiraan akan insan dapatkan, tanpa harus terbebani dengan língkup lingkungan di mana diri insan itu berada.
Jadi "YO KONCO NING GISIK GEMBIRO" mengandung unsur ajakan untuk menikmati hidup tanpa merasakan beban yang menggajal, dìmana waktu yang terlewati selalu terlihat rìang atau gembira, tanpa ada diselimuti rasa duka yang berkepanjangan.
Walau pada kenyataannya diri kita hidup di tengah-tengah lingkup yang tidak sesuai dengan kepribadìan kita.
Apa salahnya bila kita mengambil pembelajaran dari mereka yang juga ikut andil dalam mewarnai kehidupan yang ada.
Pencerminan inilah yang membuat keserasian hidup dapat dilihat secara nyata, dìmana antara ìnsan yang satu dengan insan lainnya dapat salìng melengkapi demì mendapatkan cahaya kerukuanan diantara insan, tanpa harus ada yang menang maupun kalah.
Pencerminan insan seperti ini, laksana butiran-butiran pasir yang tulus memancarkan cahayanya untuk siapapun, dan dia akan selalu demikian, walau deburan ombak di lautan mengusíknya.
Dia tak akan lelah membingkiskan keindahan, dia akan menguntai senyuman tulus walau waktu meninggalkannya jauh kebelakang.
Tidak peduli itu dari jenis kelamin laki-laki maupun wanita. Entah itu dari golongan yang kaya maupun yang miskin, seseorang yang memiliki kedudukan maupun yang bukan, atau entah itu yang tua maupun yang muda semuanya akan diajaknya.
"NING GISIK GEMBIRO" ini merupakan bentuk pencerminan dari insan yang merasa hidup dan mau merasakan hidup.
Dimana dalam setiap langkah yang mereka tempuh, entah itu terwujud dari hal yang baik maupun buruk, semua itu tetap selalu saja menjadi hiasan dalam hamparan alam ini.
Benih cerita demi cerita yang terjalin dari pencerminan insan, pasti akan selalu tertoreh dan akan tertuang dalam wujud prilaku dari diri insan itu sendiri.
Bekas tuangan yang mereka curahkan senantiasa mengisi serta mengukir dalam kehidupan ini. Dan hal itu selalu ada serta tak dapat di pupus dengan apapun.
Memang dalam wujud yang sesungguhnya, warna warni pencerminan tingkah laku dalam kehidupan insan, pada kenyataannya menjadikan alam ini sangat menbawa pesona tersendíri.
"GISIK" merupakan persembahan hiasan lukisan pasir yang berwarna warni saat tertimpa cahaya sang surya, dan cayaha yang dipantulkan dari butiran-butiran pasir yang basah tersebut, akan membuat hamparan pasir dipantai akan terlihat begitu anggun dengan menciptakan pesona keindahan yang memikat.
Demikian juga dengan tingkah laku insan yang menanam cerita dalam hamparan hidup ini. Corak penampilannya yang terwujud, sungguh membuat keramaian tersendiri dalam alam ini. Dan semua yang ada dan yang terpentang dalam alur cerita hidup, akan dijadikan penbelajaran yang paling berharga bagi diri insan itu sendiri.
Insan yang demikianlah yang senantiasa menikmati hidup tanpa ada beban apapun, yang terpenting bagi mereka hanyalah kupasan dalam menggali makna cerita hidup yang sesungguh, dimana rintisannya selalu dimaknai dengan kepasrahan jiwa maupun rasa. Lalu dikembalikan lagi pada surah dan ayat dimana kesemuanya sudah tertuang dalam Al Qur'an maupun Al Hadist.
Pengembalìan cerita rintisan dalam hidup pada yang tersurat dan yang tersirat itu, bertujuan agar langkah ke depan yang ditempuh oleh setiap insan akan lebih bermanfaat, baík itu bagi dirinya sendiri maupun bagi insan lain yang juga menjadi hiasan rasa dalam hidup.
Tiada terpungkiri lagi, bersyukurlah bagi insan yang sadar dan tahu akan dirinya sendiri, mereka akan merasakan ketengan dan kenyamanan yang tak tertandingi, walau pada kenyataannya mereka hidup dan berdiri di tengah-tengah insan yang membiaskan tingkah lakunya.
Hal ini merupakan suatu karunia terbesar bagi dirinya dengan apa yang mereka dapatkan, sehingga insan yang demikian akan dapat mengasa ketegaran pada jiwa dan rasanya. Dan juga bisa dijadikan pupuk pada buah kepribadian yang sesuai dengan apa yang disyariatkannya.
"GISIK GEMBIRO" mempunyai maksud, pernik-pernik pasir yang tertimpa cahaya matahari, terlihat kerlap kerlip laksana pelita kegembiraan yang mensyukuri akan wujudnya.
Pantulan manik-manik yang di hasilkannya, akan membuat takjub bagi siapa saja yang melihatnya, sehinga siapapun yang melihat keindahan itu, bisa menikmatnya dengan kenyaman jiwa.
Wujud keindahan yang dihasilkannya, tak dapat lepas dari satu kesatuan yang senantiasa menjilma, karena antara satu dengan yang lainnya terlihat saling menunjang, saling bahu membahu menciptakan pantulan cahaya keindahan.
Demikian pula dengan insan yang berbaur jadi satu dengan insan lainnya tanpa memandang perbedaan. Mereka harus bisa menciptakan kerukunan yang hakiki dan tidak saling menjatuhkan demi kepentingan diri pribadi.
Perbedaan apapun yang ada, seharusnya dijadikan sarana dalam dan demi menutupi segala kekurangan yang dimiliki oleh setiap insan, dan bukan dijadikan saingan demi mendapatkan hasrat kemenangan dan menciptakan kekalahan.
Bila hal ini bisa dicerminkan dan diwujudkan, sudah pasti kegembiraan akan insan dapatkan, tanpa harus terbebani dengan língkup lingkungan di mana diri insan itu berada.
Jadi "YO KONCO NING GISIK GEMBIRO" mengandung unsur ajakan untuk menikmati hidup tanpa merasakan beban yang menggajal, dìmana waktu yang terlewati selalu terlihat rìang atau gembira, tanpa ada diselimuti rasa duka yang berkepanjangan.
Walau pada kenyataannya diri kita hidup di tengah-tengah lingkup yang tidak sesuai dengan kepribadìan kita.
Apa salahnya bila kita mengambil pembelajaran dari mereka yang juga ikut andil dalam mewarnai kehidupan yang ada.
Pencerminan inilah yang membuat keserasian hidup dapat dilihat secara nyata, dìmana antara ìnsan yang satu dengan insan lainnya dapat salìng melengkapi demì mendapatkan cahaya kerukuanan diantara insan, tanpa harus ada yang menang maupun kalah.
Pencerminan insan seperti ini, laksana butiran-butiran pasir yang tulus memancarkan cahayanya untuk siapapun, dan dia akan selalu demikian, walau deburan ombak di lautan mengusíknya.
Dia tak akan lelah membingkiskan keindahan, dia akan menguntai senyuman tulus walau waktu meninggalkannya jauh kebelakang.
MAKSUD "ALERAB-LERAB BAYUNING SEGORO"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar